Penyebabnya beragam mulai dari harga pangan (volatile food) yang liar, seperti cabai merah sampai inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price), seperti dicabutnya subsidi listrik, kenaikan biaya administrasi kendaraan bermotor, dan penyesuaian harga BBM non subsidi. Dengan melihat tekanan inflasi yang justru sebagian besar bersumber dari harga yang diatur pemerintah maka prediksi inflasi bisa lebih dari 4-4,25 persen di 2017.“Angka inflasi jelas menggerus daya beli masyarakat dan mengakibatkan ketimpangan versi BPS sangat mungkin naik hingga 0,4-0,41. Oleh karena itu, jangan terlena dengan penurunan ketimpangan yang sifatnya temporer,” papar Bhima.
Bhima menambahkan sudah sejak lama data BPS belum sepenuhnya mencerminkan ketimpangan karena yang diukur adalah pengeluaran. Ketimpangan dari sisi pendapatan justru tidak dihitung.
“Artinya, pengeluaran seorang penduduk bisa saja meningkat karena didanai dari utang, padahal orang tersebut sedang dalam posisi tidak bekerja alias tidak berpendapatan,” ujar Bhima.impangan karena yang diukur adalah pengeluaran sementara dari sisi pendapatan tidak dihitung.
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai pemerintah sebenarnya sedang was-was melihat Gini Ratio atau tingkat ketimpangan masyarakat Indonesia versi Badan Pusat Statistik (BPS) yang tercatat turun.Sebab, faktanya selama 5 tahun terakhir justru stagnan. “Di tahun 1980-an angka ketimpangan lebih baik yakni direntang 0,3-0,32 namun pascareformasi ketimpangan menjadi tidak terkendali,” kata peneliti Indef, Bhima Yudhistira, Kamis (2/1). Sebelumnya, BPS mencatat Gini Ratio penduduk Indonesia pada September 2016 sebesar 0,394.
Angka ini menurun sebesar 0,003 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2016 yang sebesar 0,397. Sementara itu, jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,402, Gini Ratio September 2016 turun sebesar 0,008 poin. Menurut Bhima, karena ketimpangan versi BPS dilihat dari sisi pengeluaran maka peran inflasi sangat penting.Padahal, inflasi yang rendah lebih merupakan bonus harga komoditas yang turun sehingga tidak ada dorongan kenaikan listrik maupun harga bahan bakar minyak (BBM). Namun, di 2017 kondisi bisa berbalik, inflasi per Januari sudah tercatat 0,97 persen atau tertinggi selama 3 tahun terakhir.
BPS: Per April, Angka Gini Ratio Turun Tipis | PT Bestprofit Futures Banjarmasin
"Ada penurunan, adanya perbaikan pengeluaran, perbaikan pemerataan pembangunan," ujar Kepala BPS, Suhariyanto, di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Rabu (1/2/2017).
Suhariyanto juga menjabarkan kalau jumlah penurunan Gini Ratio penduduk di Indonesia, karena Gini Ratio di daerah perkotaan dan di daerah desa mengalami penurunan.
Gini ratio perkotaan, September 2016 tercatat 0,409, turun dibanding Gini Ratio Maret 2016 sebesar 0,410.
Sedangkan di daerah pedesaan turun dari 0, 327 pada Maret 2016, menjadu 0,316 pada September 2016, yang menurut Suhariyanto pemerataan di desa lebih baik dibandingkan kota.
"Gini ratio yang tinggi pada di perkotaan turun tipis dari Maret, untuk pedesaan penurunan lumayan tahun ini , pemerataan di pedesaan lebih baik," ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan fakta terjadinya ketimpangan pengeluaran atau gini ratio penduduk di Indonesia sebesar 0,394 poin per akhir September 2016.
Angka tersebut turun tipis 0,003 poin dari gini ratio pada Maret 2016 yang berada di poin 0,397.
Turunnya jumlah gini ratio ini karena adanya perbaikan dalam pengeluaran di berbagai daerah, dan perbaikan pada pemerataan pembangunan.
Pemerintah akan gelar reforma agraria | PT Bestprofit Futures Banjarmasin
Kepala BPS Suharyanto mengingatkan bahwa masalah ketimpangan harus menjadi fokus pemerintah tahun ini. Sebab, ketimpangan berkaitan erat dengan menjamurnya radikalisme.Menurutnya, jika ketimpangan makin lebar, maka gampang dipengaruhi sehingga timbulkan radikalisme. "Namun (ketimpangan) itu bukan satu-satunya faktor ya," kata Suharyanto. Maka, sarannya, pemerintah harus fokus dengan masalah ketimpangan.
Walau angka ketimpangan membaik, namun perubahan ini lebih banyak dinikmati kelas menengah. Deputi Bidang Statistik Sosial BPS M. Sairi Hasbullah menyebut proses pembangunan yang berjalan lebih banyak dinikmati oleh lapisan kelompok menengah."Pembangunan infrastruktur besar-besaran, fasilitas untuk UMKM, membantu menggeliatnya ekonomi kelas menengah.
Keberadaan radikalisme di Indonesia ditengarai tak lepas dari adanya ketimpangan di masyarakat.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2016 tingkat ketimpangan di Indonesia (rasio gini) mencapai 0,394. Angka ini membaik sebesar 0,008 poin jika dibandingkan dengan data September 2015.Rasio gini adalah ukuran ketimpangan. Nilainya berkisar antara nol hingga satu. Makin tinggi rasio gini, menunjukkan makin besarnya ketimpangan.
Bestprofit