Sebaliknya negara utama pengimpor minyak sawit Indonesia yaitu India, Cina dan Pakistan mencatatkan penurunan permintaan. Cina mencatatkan penurunan cukup signifikan sebesar 19 persen atau dari 3,99 juta ton menjadi 3,23 juta ton.Permintaan minyak sawit dari Pakistan pada 2016 turun sebesar 5,5 persen atau dari 2,19 juta turun menjadi 2,07 juta ton. Untuk India tercatat mengalami penurunan tipis sebesar 0,3 persen atau dari 5,8 juta ton menjadi 5,78 juta ton pada 2016.Pada kesempatan tersebut, Joko Supriyono Ketua Umum GAPKI mengungkapkan melemahnya permintaan pasar luar negeri juga disebabkan oleh penurunan produksi dalam negeri. Tercatat, produksi pada 2016 turun tiga persen menjadi 34,5 juta ton dari sebelumnya 35,5 juta ton.
Oleh karena itu, ia mengharapkan pemerintah membantu menyelesaikan hambatan perdagangan di berbagai negara sehingga mencapai target peningkatan ekspor Indonesia.“Bagaimanapun sawit adalah produk andalan, kita doakan pada 2017 produksi dan ekpor naik, tetapi yang terpenting pemerintah menyelesaikan hambatan di negara tujuan utama ekspor seperti India, Cina, Pakistan dan Timur Tengah,”tutupnya.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memprediksi permintaan ekspor sawit secara keseluruhan pada 2017 mencapai 27 juta ton. Jumlah itu naik dibandingkan 2016, dengan total ekspor sawit tercatat sebanyak 25,1 juta ton.“Untuk ekspor 2017 agar konservatif sehingga kita nggak mau terlalu optimis dan mendahuluinya, meskipun permintaan ekspor diperkirakan akan banyak,” kata Togar Sitanggang Sekretaris Jenderal GAPKI Togar Sitanggang dalam jumpa pers di kantor GAPKI, Jakarta (31/1).Proyeksi ekspor sebesar 27 juta ton terdiri dari ekspor CPO sebanyak 5,5 juta ton, produk refine (olahan) CPO sebanyak 18 juta ton, palm kernel oil (PKO) dan refine PKO sebanyak 1,5 juta ton, biodiesel 500 ribu ton dan oleokimia sebanyak 1,5 juta ton.
Angka ekspor sepanjang 2016 mengalami penurunan sekitar lima persen dari ekspor 2015 yang mencapai 26,4 juta ton. Secara nilai, pada 2016 industri sawit menyumbang devisa sebesar 18,1 miliar dolar AS. Nilai tersebut mengalami penurunan sebesar tiga persen jika dibandingkan dengan nilai ekspor minyak sawit 2015 sebesar 18,67 miliar dolar AS.Ia menambahkan bahwa hampir semua negara tujuan ekspor produk sawit Indonesia mengalami penurunan kecuali Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa. “Di negara tujuan agak melemah, mungkin ini temporali saja dan permintaan kemungkinan meningkat walaupun tidak terlalu signifikan,” kata Togar.Amerika mencatat peningkatan impor minyak sawit dari Indonesia yang signifikan yakni sebesar 43 persen atau dari 758,55 ribu ton pada 2015, dan menjadi 1,08 juta ton pada 2016. Negara-negara Uni Eropa juga mencatat kenaikan permintaan sebesar tiga persen dari sebelumnya 4,2 juta ton menjadi 4,4 juta ton pada 2016.
Pasar Asia Lesu, Eropa Positif | PT Bestprofit Futures Pontianak
“Tahun 2017, harapannya, pemerintah membantu dalam menyelesaikan hambatan perdagangan di berbagai negara, sehingga mencapai target peningkatan ekspor Indonesia,” kata Joko.Penurunan ekspor terjadi karena permintaan pasar global yang melemah hampir di semua negara tujuan ekspor dan penggunaan CPO untuk program mandatori bahan bakar nabati (B-20) yang telah berjalan secara konsisten. Sementara itu, untuk pasar Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa, cenderung mengalami kenaikan.Amerika Serikat mencatatkan, peningkatan impor minyak sawit dari Indonesia signifikan. Yakni, sebesar 43 persen atau dari 758,55 ribu ton pada 2015, dan menjadi 1,08 juta ton pada 2016. Negara-negara Uni Eropa juga mencatatkan kenaikan permintaan sebesar tiga persen dari sebelumnya 4,2 juta ton menjadi 4,4 juta ton.
Secara nilai, pada 2016, industri sawit menyumbangkan devisa sebesar USD 18,1 miliar. Nilai tersebut turun 3 persen jika dibandingkan dengan nilai ekspor minyak sawit 2015 di posisi USD 18,67 miliar.Sebaliknya, negara utama pengimpor minyak sawit asal Indonesia yaitu India, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Pakistan mencatatkan penurunan permintaan. Tiongkok mencatatkan penurunan cukup signifikan sebesar 19 persen atau dari 3,99 juta ton menjadi 3,23 juta ton.Permintaan minyak sawit dari Pakistan pada 2016 turun sebesar 5,5 persen atau dari 2,19 juta ton turun menjadi 2,07 juta ton. Untuk India tercatat mengalami penurunan tipis sebesar 0,3 persen atau dari 5,8 juta ton menjadi 5,78 juta ton pada 2016.
Meski sempat turun 5 persen pada tahun lalu, ekspor produk sawit diperkirakan tumbuh positif pada tahun ini. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksikan pada kisaran 27 juta ton.Sekretaris Jenderal Gapki Togar Sitanggang mengatakan, tahun ini, kinerja ekspor sawit masih sedikit konservatif. Berdasar data Gapki, total ekspor produk sawit tersebut terbagi dalam crude palm oil (CPO) mentah sebanyak 5,5 juta ton, produk refine CPO sebanyak 18 juta ton, palm kernel oil (PKO) dan refine PKO sebanyak 1,5 juta ton, biodiesel 500 ribu ton dan oleo chemical sebanyak 1,5 juta ton.Pada 2016, ekspor minyak sawit Indonesia untuk CPO dan turunannya mengalami penurunan sebesar 5 persen. Yakni, dari 26,4 juta ton pada 2015 menjadi 25,1 juta ton pada tahun lalu.Sementara itu, Ketua Umum Gapki Joko Supriyono menambahkan, penurunan ekspor tersebut, selain diakibatkan melemahnya permintaan pasar luar negeri, juga disebabkan penurunan produksi dalam negeri. Tercatat, produksi pada tahun lalu melorot 3 persen menjadi 34,5 juta ton, dari 35,5 juta ton pada tahun sebelumnya.
Kibasan El Nino Sisakan Pedih Bagi Industri Sawit Nasional | PT Bestprofit Futures Pontianak
Dalam catatan GAPKI, penurunan produksi CPO di 2016 tak mempengaruhi produksi minyak kernel sawit (Palm Kernel Oil/PKO), yakni stagnan di angka 3 juta ton sejak 2015.Namun, penurunan produksi CPO berasal dari penurunan produksi CPO yang merosot 1 juta ton dari 32,5 juta ton di 2015 menjadi 31,5 juta ton di tahun lalu.Imbasnya, volume ekspor perdagangan CPO dan turunannya merosot sekitar lima persen di tahun lalu.
Dari semula 26,4 juta ton di 2015 menjadi 25,1 juta ton di tahun lalu.Meski demikian, Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono mencatat, penurunan volume ekspor perdagangan CPO dan turunannya tak menyeret penurunan nilai ekspor terlalu jauh."Penurunan volume ekspor lima persen rupanya hanya menurunkan nilai ekspor sekitar tiga persen di 2016 dibandingkan 2015," kata Joko pada kesempatan yang sama.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat penurunan produksi minyak kelapa sawit (CPO) sekitar 3 persen sepanjang 2016 menjadi 34,5 juta ton dari sebelumnya 35,5 juta ton di tahun 2015.Direktur Eksekutif GAPKI Fadhil Hasan mengatakan, penurunan produksi CPO Indonesia sepanjang 2016 terseret angin panas atau El Nino yang menerpa Indonesia di 2015."Tahun 2016 ada berita baik dan buruk, buruknya di tahun 2015 kita mengalami El Nino sehingga produksi menurun," ujar Fadhil di kantor GAPKI.
Bestprofit