"Ada sekelompok orang yang ingin menghemat waktu dan uang, akhirnya menyalahgunakan visa untuk bisnisnya disini," jelas Liu Cheng. Ia menegaskan kelompok pekerja tersebut tidak masuk ke dalam bagian dari Kadin Tiongkok.Menurut Liu Cheng mereka yang tergabung di Kadin menaati peraturan dan penggunaan visa kerja sewaktu datang ke Indonesia. "Setahu saya, dari 200 anggota Kadin Tiongkok, semua mentaati hukum Indonesia. Mereka sudah mengurus KITAS bagi tenaga kerja di Indonesia," ungkap Liu Cheng.
Liu Cheng menegaskan semua investor asal Tiongkok yang ingin membuka usaha di luar negeri sudah mendapatkan peringatan untuk mentaati hukum, tak terkecuali aturan hukum di Indonesia.
Menurut Liu Cheng, investasi terbesar di Indonesia terjadi pada sektor pertambangan. Dalam hal ini investor Tiongkok tidak hanya menggali tetapi juga mengolah hasil tambang sampai menjadi bahan baku produksi."Tujuan atau target investasi (Tiongkok) yang pertama adalah pertambangan," ujar Liu. Kebanyakan hasil tambang yang diolah investor Tiongkok menjadi barang stainless. Bahan-bahan tersebut berasal dari nikel dan feronikel.Selain sektor pertambangan, Liu Cheng memaparkan pengusaha Tiongkok juga ingin melakukan investasi di sektor telekomunikasi, e-commerce, dan properti. Karena sektor tersebut dinilai masih berpotensi berkembang dan banyak memberikan keuntungan.
Isu menyangkut maraknya tenaga kerja asing (TKA) ilegal asal Tiongkok rupanya tidak ditolak oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Negeri Panda tersebut. Namun Kadin Tiongkok membantah peristiwa itu merupakan kesengajaan dari pengusaha Tiongkok yang mempunyai projek di Indonesia.
Wakil Ketua Umum Kadin Tiongkok Liu Cheng mengatakan TKA tiba di Indonesia untuk bekerja, namun mereka ditipu oleh oknum agen yang seharusnya mengurus visa kerja. Liu Cheng menyebut banyak pengusaha Tiongkok tidak mengetahui visa para TKA tersebut tidak memenuhi syarat untuk bekerja di Indonesia.
"Perusahaan yang baru datang ditipu. Ada yang dalam proses pengurusan KITAS (Kartu Izin Tinggal Sementara)," ujar Liu Cheng, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (18/1). Ia memaparkan banyak investor Tiongkok yang sudah tiba di Indonesia namun tidak mengerti mengenai hukum keimigrasian, termasuk pengurusan visa kerja.Sebagian besar para pengusaha Tiongkok mengaku mengalami kesulitan mengurus visa kerja untuk para TKA. "Perusahaan Tiongkok baru datang ke Indonesia tidak mengetahui peraturan atau hukum mengenai visa kerja," jelas Liu Cheng.
Menurut Liu Cheng, ada sekelompok oknum yang memanfaatkan ketidaktahuan para investor Tiongkok yang ingin membuka usaha di Indonesia. Akibatnya, banyak warga Tiongkok masuk ke Indonesia tanpa visa yang benar.'
Dubes: Cina Ingin Jadi Investor Nomor 1 di Indonesia | PT Bestprofit Futures Banjarmasin
Kamar Dagang Cina di Indonesia melaporkan perkembangan perusahaan Cina yang beroperasi di Indonesia, Rabu (18/1). Volume investasi Cina langsung ke Indonesia dilaporkan meningkat 532 persen pada setengah tahun 2016 dibanding tahun 2015. Sekretaris Jenderal Kamar Dagang Cina di Indonesia, Liu Cheng mengatakan Cina terus berkomitmen jadi investor nomor satu di Indonesia.
"Pihak kami akan terus meningkatkan upaya konsultasi di kedua pihak, baik ke perusahaan Cina yang ingin investasi ke Indonesia juga pada pihak Indonesia," kata Liu.Ia berjanji perusahaan-perusahaan ini akan menaati hukum dan peraturan perdagangan yang berlaku di Indonesia.
"Kami mengharapkan hubungan perdagangan kedua negara semakin dalam dan meluas setiap tahunnya," kata Liu.Tercatat pada awal tahun 2017, total perusahaan Cina yang terdaftar di Indonesia sebanyak 201 perusahaan. Semuanya meliputi 11 cabang kamar dagang antara lain pertambangan, PLTU, Energi bersih, moneter, transportasi rel kereta, mesin elektronik, pertanian, minyak bumi dan kimia, hidrolik dan irigasi, logistik dan konstruksi.
Cina terdaftar sebagai investor terbesar ketiga bagi Indonesia dari posisi 10 tahun sebelumnya. Meski demikian, Cina menempati peringkat nomor satu mitra dagang terbesar bagi Indonesia. "Cina mungkin sebenarnya peringkat pertama investor juga karena banyak proyek yang dilakukan di Indonesia tapi oleh perusahaan Cina yang terdaftar di negara lain, seperti Singapura," kata Liu.
Cina menargetkan penggenjotan dibidang pertambangan pada tahun 2017. Sejauh ini, hampir 30 perusahaan Cina sudah berinvestasi di bidang usaha pengolahan feronikel di Indonesia. Perusahaan Cina berencana investasi lebih dari 6 miliar dolar AS dalam bidang tersebut.
"Jika investasi itu terwujud, Indonesia akan jadi negara besar dalam industri ini dan punya daya saing internasional," kata Liu.Ia juga menyebut sejumlah proyek yang ditanam Cina di Indonesia seperti proyek Jembatan Suramadu, Bendungan Jatigede, PLTU yang memenuhi seperempat total kapasitas pembangkit listrik Indonesia, pengembangan real estate hingga proyek telekomunikasi internet.
Liu mengatakan proyek-proyek perusahaan Cina ini juga menyerap puluhan ribu tenaga kerja lokal. Empat perusahaan besar Cina di Indonesia, Huawei, Julong Grup, Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), dan CHEC janjikan membuka 40 ribu lapangan kerja baru mulai tahun ini.
Perusahaan Tiongkok Tertarik Garap Sektor Tambang | PT Bestprofit Futures Banjarmasin
Tiongkok telah berkontribusi dalam pembangunan jembatan Suramadu yang sangat menguntungkan transportasi masyarakat serta logistik barang dan jasa antara Pulau Jawa dan Pulau Madura.
Tiongkok juga membantu membangun Bendungan Jatigede yang menjadi waduk terbesar kedua di Indonesia dan dapat mengaliri 90 ribu hektare lahan pertanian di Sumedang, Jawa Barat.
Dengan realisasi investasi mencapai USD 1,598 miliar per Oktober 2016, Tiongkok telah menjadi negara sumber investasi terbesar ketiga bagi Indonesia setelah Singapura dan Jepang, dan tetap menduduki peringkat pertama sebagai mitra dagang terbesar Indonesia.
Liu menuturkan saat ini terdapat 30 perusahaan TIongkok yang berinvestasi di usaha pengolahan feronikel yang merupakan bahan baku produksi baja nirkarat, di Indonesia. Investasi perusahaan Tiongkok di sektor ini bernilai lebih dari USD 6 miliar dengan rencana kapasitas pengolahan feronikel lebih dari tiga juta ton.
"Saat ini nilai investasi sebesar USD 3 miliar telah terlaksana, dan jika seluruh investasi diwujudkan maka Indonesia akan menjadi salah satu negara pengekspor materi feronikel terbesar dan diyakini akan meningkatkan daya saing di internasional juga menciptakan lebih banyak lapangan kerja," kata Liu.Sementara di bidang infrastruktur, investor Tiongkok akan beralih dari proyek yang menggunakan konstruksi tradisional ke proyek-proyek rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC).
Bestprofit