"Penyelidikan terbesar dilakukan Serious Fraud Office," kata Richard Whittam, quality control SFO, lembaga antirasuah di Inggris.Kerjasama penyelidikan lintas negara itu mengungkapkan adanya penyuapan yang sistematis dan sudah lama berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Temuan di sejumlah negara itu di antaranya:Di Indonesia, Rolls Royce memberikan US$ 2,25 juta dan sebuah mobil Rolls Royce Silver Spirit kepada oknum untuk memuluskan pengadaan mesin aero Trent kepada maskapai milik pemerintah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Secara terpisah, Rolls Royce juga menyuap pesaingnya agar memuluskan kontraknya.Rolls Royce juga membayar US$ 36 juta atau sekitar Rp 482 miliar kepada agen di Thailand, untuk membantu mengamankan tiga kontrak terpisah pada 2001 dan 2005, dalam pengadaan mesin Trent ke Thai Airways.
Adapun modus penyuapan di India, yang melarang penggunaan agen, Rolls Royce menyamarkannya penggunaan agen tersebut melalui jasa konsultasi umum.Di Nigeria, Rolls Royce juga menyuap pejabat publik untuk penawaran dua kontrak kerja. Hal serupa juga terjadi di Rusia. Perusahaan menyuap pejabat publik senior Gazprom, perusahaan energi milik negara Rusia, sehingga mereka memenangkan kontrak.Di Cina, perusahaan melakukan penyuapan terkait perpanjangan kas kredit sejumlah 5 juta pound sterling atau sekitar Rp 82 miliar ke China Eastern Airline dalam pertukaran pembelian mesin untuk pesawat pada 2013.
Produsen mobil mewah dan mesin pesawat, Rolls Royce Plc, mengaku telah menyuap sejumlah distributor untuk mengamankan kontrak penyediaan mesin di enam negara, termasuk Indonesia, Rusia, dan Cina.Perusahaan multinasional terkemuka asal Inggris itu menyuap dengan memberikan mobil mewah dan uang tunai jutaan pound sterling. Pengakuan itu diungkapkan dalam persidangan di Pengadilan Tinggi London beberapa waktu lalu.
Perusahaan meminta maaf dan bersedia membayar denda sejumlah 671 juta pound sterling atau sekitar Rp 11 triliun, untuk menuntaskan tuduhan korupsi yang sudah lama berlangsung. "Meminta maaf tanpa syarat untuk pengadaan yang ditemukan," kata perwakilan Rolls Royce, seperti dilansir The Guardian, Selasa, 17 Januari 2017.Fakta tersebut terungkap dari adanya penyelidikan yang melibatkan tiga negara, yaitu Inggris, Amerika Serikat dan Brasil, yang mencium dugaan korupsi Rolls Royce selama lima tahun, dengan menyewa perantara untuk membayar suap demi memenangkan sejumlah kontrak kerja.
Rolls-Royce Minta Maaf | PT Bestprofit Futures Pusat
Perusahaan raksasa penyedia mesin Rolls-Royce mengungkapkannya pada Selasa (15/1) lalu di pengadilan tinggi di London. Sehari setelah terungkap, Rolls-Royce akan membayar denda sebesar £671 juta (atau sekitar Rp11 triliun) untuk menyelesaikan kasus-kasus korupsi dengan otoritas Inggris dan Amerika Serikat, termasuk dengan pihak Indonesia."Meminta maaf tanpa syarat untuk perilaku yang telah ditemukan," demikian pernyataan pihak Rolls-Royce yang dibacakan di pengadilan.
Penyelesaian kasus ini tercapai berkat peneliti dari tiga negara-Inggris, Amerika Serikat dan Brasil - yang lima tahun yang lalu mulai terungkap tuduhan bahwa perusahaan telah mempekerjakan perantara untuk membayar suap agar memenangkan kontrak.Demikian Lembaga antikorupsi Inggris Serious Fraud Office (SFO) menemukan adanya konspirasi untuk tindak korupsi dan suap oleh Rolls-Royce. Kesepakatan antara SFO dan Rolls-Royce, disetujui oleh pengadilan pada hari Selasa (17/1) dikenal sebagai kesepakatan penangguhan tuntutan (DPA).Ini merupakan kesepakatan ketiga yang pernah dibuat lembaga SFO sejak dicantumkan dalam undang-undang Inggris pada tahun 2014.Mereka mengizinkan perusahaan untuk membayar denda yang besar, tapi menghindari penuntutan, jika mereka mengakui kejahatan ekonomi seperti penipuan atau penyuapan.
Pelanggaran ini melibatkan para 'perantara' Rolls-Royce, yang terdiri dari perusahaan-perusahaan setempat yang menangani penjualan, distribusi dan pemeliharaan di negara-negara di mana perusahaan Inggris itu tidak memiliki cukup orang di lapangan.Produsen mesin jet terbesar dari Inggris, Rolls-Royce meminta maaf setelah terungkapnya adanya suap termasuk sebuah mobil mewah dan jutaan poundsterling uang tunai untuk perantara untuk mengamankan pesanan di enam negara, termasuk Indonesia, Rusia dan Cina.
Skandal Suap Rolls-Royce, Penyidik Bongkar 30 Juta Dokumen | PT Bestprofit Futures Pusat
Sementara itu, seperti dilansir Sky News, Hakim Inggris Sir Brian Leveson, menyebut, Rolls-Royce memang telah melakukan kegiatan korup secara sistemik. Suap dibayar untuk memenangkan kontrak di negara-negara termasuk Indonesia, China, Rusia, India, Thailand, Irak dan Angola. Mereka bahkan telah berhasil mendapatkan keuntungan 250 juta Pound dari caranya itu. Leveson menemukan, korupsi itu melibatkan karyawan senior Rolls-Royce.Sementara itu, SFO menyatakan telah memperingatkan mendorong penyelidikan terhadap Rolls-Royce pada 2012. Akhirnya mereka terbukti melakukan tindakan tak dibenarkan. Penyelidikan sendiri dilakukan sejak empat tahun lalu, lebih dari 30 juta dokumen diperiksa. John Rose sendiri tercatat mundur sebagai kepala eksekutif Rolls-Royce pada 2011, setelah 15 tahun berada di puncak perusahaan.
Chief Executive Officer Rolls-Royce Warren East, yang bergabung sebagai direktur non-eksekutif
pada tahun 2014, dalam sebuah pernyataan telah meminta maaf atas skandal suap. "Meminta maaf tanpa syarat untuk perilaku yang telah ditemukan," demikian pernyataan pihak Rolls-Royce yang dibacakan di Pengadilan Tinggi Kota London, Inggris, Selasa lalu.Perusahaan penyedia mesin jet, Rolls-Royce, akhirnya setuju membayar ganti rugi atas upaya suap yang telah dilakukannya. Perusahaan bermarkas di Inggris itu akan membayar ganti rugi sebesar 671 juta Pound, atau sekira Rp11 triliun.
Besaran itu disampaikan lembaga antikorupsi Inggris, Serious Fraud Office (SFO).Tak cuma untuk perantara bagi bos-bos kecil di bermacam maskapai berbagai negara, Rolls-Royce bahkan juga tercatat pernah melobi menteri untuk melemahkan peraturan antisuap yang saat itu tengah gencar dilakukan. Saat itu, Rolls-Royce dipimpin John Rose hingga 2011.Seperti dilansir The Guardian, Jumat 20 Januari 2017, dokumen yang disampaikan pengadilan, pada 2004, Rolls-Royce dan perusahaan multinasional lainnya memang diberikan tekanan oleh Pemerintah Inggris untuk memerangi suap. Dokumen-dokumen secara terperinci juga menyebutkan Rolls-Royce dan perusahaan multinasional lainnya merasa keberatan dengan aturan itu, dan kemudian berusaha melakukan lobi kepada pihak terkait.
Pertemuan lobi kemudian dilakukan pada bulan Juli 2004, di mana Rolls-Royce menyatakan menolak aturan itu, karena merupakan aturan yang sangat ketat bagi perusahaan swasta. Pada pertemuan lainnya, di bulan berikutnya, Rolls-Royce dan perusahaan lain akhirnya sepakat menjaga rahasia jika mereka akan melakukan operasi di lingkungan tertentu dengan melibatkan perusahaan besar.
Bagi Rolls-Royce, aturan itu memang sangat mencekik, karena mereka telah membangun jaringan agen atau perantara selama beberapa tahun dan sadar akan penawaran keuntungan komersial yang penting. Semacam mempermudah saat 'membuka pintu'."Jelas, Rolls-Royce tidak ingin ada pengawasan karena model bisnis utamanya adalah membayar suap melalui agen untuk memenangkan kontrak," kata Sue Hawley, seorang aktivis anti-korupsi yang terlibat dalam tindakan hukum Rolls-Royce.