Untuk merealisasikan berbagai proyek dan upaya mencapai target-target operasional perusahaan tersebut, Pertamina akan menggelontorkan belanja modal sebesar USD6,67 miliar. Dana itu akan digunakan Pertamina untuk meningkatkan keandalan kilang dengan mengurangi unplanned shutdown dan juga meningkatkan yield valuable product. Tahun ini Pertamina menaikkan target yield valuable product menjadi sekitar 79 persen, lebih tinggi dari target yang telah dicanangkan dalam RKAP 2017 sekitar 77 persen.
Megaproyek pengolahan dan petrokimia juga akan dimulai dengan akan dilakukannya peletakan batu pertama beberapa proyek kilang, yaitu RDMP RU V Balikpapan, RDMP RU IV Cilacap, dan NGRR Tuban sepanjang tahun ini.Ketiganya memang ditargetkan untuk selesai dalam rentang waktu 2019, 2021, dan 2022 dengan hasil produksi yang memenuhi spesifikasi Euro 5. Adapun, RDMP RU VI Balongan yang akan dilaksanakan secara independen oleh Pertamina ditargetkan selesai 2020 dan akan memulai kegiatan basic engineering design (BED) pada pertengahan 2017.
PT Pertamina (Persero) fokus dalam upaya pencapaian target-target perusahaan yang telah dicanangkan pemegang saham, dewan komisaris, dan direksi dalam Rencana Kerja, Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017. Pertamina akan melakukan efisiensi di segala lini, peningkatan kinerja operasi yang memperhatikan aspek healt, safety, security, dan environment (HSSE), dan memastikan realisasi berbagai investasi secara tepat waktu dan sasaran.
Dengan peningkatan kinerja operasional, efisiensi di segala lini dan memperhatikan tren perkembangan harga minyak dunia , Pertamina menargetkan laba bersih perusahaan pada tahun 2017 sekitar USD3 miliar. "Dengan kekuatan yang solid kami yakin mampu merealisasikan target tersebut,” kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (30/1/2017).
Pada tahun lalu, produksi migas Pertamina sebanyak 656 ribu barel setara minyak per hari terdiri dari 313 ribu barel minyak per hari dan 1,99 bscfd gas. Tahun ini, Pertamina telah menaikkan target produksi migasnya menjadi 669 barel setara minyak per hari, yang terdiri dari 333 ribu barel minyak per hari dan 2,08 bscfd gas."Adapun kapasitas panas bumi Pertamina tahun ini ditargetkan mencapai 617 MW bertambah signifikan dibandingkan dengan 2016 sebesar 512 MW karena tuntasnya beberapa proyek panas bumi perusahaan," jelas dia.
Pertamina Targetkan Proyek Kilang Cilacap dan Tuban Beroperasi 2021 | PT Bestprofit Futures Medan
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, kemajuan yang dicapai semakin menunjukkan langkah konkret Pertamina dalam upaya membangun kilang. Berdasarkan jadwal, pemilihan licensor untuk RDMP RU IV Cilacap ditargetkan tuntas pada akhir kuartal I 2017, sedangkan NGRR Tuban selesai pada akhir kuartal II 2017.Pertamina saat ini dalam proses penyelesaian studi kelayakan dan pelaksanaan AMDAL proyek NGRR Tuban yang ditargetkan selesai pada Juni 2017. Adapun, proyek RDMP RU IV Cilacap tengah dalam proses penyelesaian tekhnik dasar desain yang ditargetkan pada Maret 2017, sedangkan AMDAL selesai pada Juli 2017.
PT Pertamina (Persero) memulai pelaksanaan pemilihan pemberi lisensi (licensor) untuk proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) RU IV Cilacap dan New Grass Root Refinery (NGRR) Tuban yang keduanya ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2021.Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Rachmad Hardadi mengatakan, sesuai dengan jadwal, saat ini proses pemilihan licensor untuk RDMP RU IV dan NGRR Tuban sedang dilakukan untuk mendapatkan teknologi yang sangat menentukan keekonomian dan keandalan. Proses ini, katanya, menentukan ketepatan waktu pelaksanaan proses selanjutnya yaitu desain dan konstruksi.
"Keandalan teknologi dan keekonomian proyek menjadi tuntutan sehingga peranan licensor yang mampu dan diakui secara internasional menjadi sangat penting dalam proyek ini," kata Hardadi di Jakarta, Senin (30/1/2017).Hardadi menyebutkan, sebanyak 30 perusahaan akan bersaing untuk menjadi licensor pada proyek NGRR Tuban. Adapun, posisi licensor pada proyek RDMP RU IV Cilacap diperebutkan oleh sebanyak 15 perusahaan.Pertamina dan para mitra akan mengikuti proses seleksi secara detail dan komprehensif dalam memilih teknologi yang paling sesuai untuk GRR Tuban & RDMP Cilacap. Dalam menjalankan proses pemilihan ini, Pertamina dibantu oleh konsultan yang memiliki reputasi Internasional. "Seluruh keputusan yang dilakukan adalah keputusan Pertamina dan mitra," tambahnya.
Saudi Aramco Boleh, Rosneft Boleh, Iran Silakan | PT Bestprofit Futures Medan
Namun, rencana tersebut harus dibatalkan lantaran antara Pertamina dan Saudi Aramco tidak menemui kesepahaman dalam target pembangunan.Lalu bagaimana tanggapan Menteri ESDM Ignasius Jonan?"Saudi Aramco pembicaraannya dengan Pertamina sampai sekarang masih berjalan ya, Kita sih pemerintah menyambut baik kalau akhirnya Saudi Aramco berkenan berpatungan dengan Pertamina untuk membangun kilang pengolahan atau refinery plan di Indonesia," kata Jonan di Ruang Rapat Komisi VII DPR, Jakarta, Senin (30/1/2017).
Jika telah diperoleh kata sepakat, maka Pertamina bisa mencari mitra lain yang sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo."Jadi enggak ada preferensi, Bapak Presiden juga mengarahkan silakan saja mau Saudi Aramco boleh, Roseneft boleh, Iran silakan. Mana yang cepat dan berkomitmen sungguh-sungguh," jelasnya.Diketahui, Head of Agrement (HoA) untuk RDMP Dumai dan Balongan antara Pertamina dan Saudi Aramco sudah diteken sebelum 26 November 2016.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan angkat bicara soal rencana PT Pertamina (Persero) yang menggandeng Saudi Aramco untuk membangun dua proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau modifikasi kilang.Rencana Pertamina tersebut akan dilakukan pada dua kilang, yakni kilang Balongan di Indramayu Jawa Barat dan kilai Dumai di Riau.