Menperin menyebutkan nota kesepahaman itu sebagai wujud pernyataan minat kedua perusahaan untuk mengevaluasi manfaat dari kajian bersama dan juga menjadi acuan dalam pembangunan proyek. Terlebih lagi, perusahaan asal Jerman itu mempunyai pengalaman serta pengetahuan mengenai pembentukan, pembangunan dan pendanaan proyek industri petrokimia skala besar.
Seperti diketahui, Teluk Bintuni sebagai salah satu kawasan yang memiliki sumber bahan baku bagi industri petrokimia, yakni gas. Terkait itu, Kemenperin akan mendukung alokasi gas dengan harga terjangkau. Terlebih lagi, industri petrokimia salah satu sektor yang mendapatkan penurunan harga gas, sesuai dengan Peraturan Presiden 40/2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi.
Kemenperin mencatat pembangunan industri petrokimia di Teluk Bintuni mempunyai beberapa alasan, antara lain, potensi gas bumi di kawasan tersebut yang sudah diidentifikasi sebesar 23,8 triliun standar kaki kubik (TSCF), dengan 12,9 TSCF sudah dialokasikan untuk 2 train liquefied natural gas (LNG), dan sisanya sebesar 10,9 TSCF untuk 1 train LNG. Terdapat dua sumber gas potensial, yaitu di proyek Tangguh dan di blok eksplorasi Kasuri di selatan Tangguh sampai Kabupaten Fakfak. Potensi gas yang tersedia dapat pula digunakan sebagai bahan baku industri amonia untuk mendukung industri urea dan bahan baku industri metanol untuk mendukung industri pusat olefin.
Selain itu, pembangunan industri melalui program hilirisasi termasuk di sektor petrokimia akan berdampak luas pada peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendukung penuh rencana kerja sama penelitian atau riset antara PT Pupuk Indonesia dan Ferrostal terkait pengembangan pabrik petrokimia senilai 1,5 miliar dollar AS di Teluk Bintuni, Papua Barat. Sebab, selama 15 tahun terakhir, investor tidak berminat membenamkan modal mereka di sektor hulu industri petrokimia. Menteri Perindustrian, Airlangga Hartato, mengatakan Kemenperin sebagai pembina bagi industri, akan mendukungnya melalui kebijakan yang berpihak pada industri. “Kerja sama itu mendukung penuh upaya pendalaman struktur industri,”ungkapnya melalui keterangannya usai menyaksikan serah terima MoU dari CEO of Ferrostaal Klaus Lesker kepada Direktur Investasi PT Pupuk Indonesia, Gusrizal di Dusseldorf, di Jerman, akhir pekan lalu.
Pemerintah Bangun Pusat Industri Petrokimia di Bintuni dan Masela | PT Bestprofit Futures Mayapada'
Selain di Teluk Bintuni, kata Airlangga, lokasi yang bakal dijadikan pusat industri petrokimia lainnya adalah kawasan Blok Masela, Maluku. Di lokasi tersebut, akan dibangun industri petrokimia berbasis gas dengan total nilai investasi sebesar US$ 3,9 miliar atau sekitar Rp 52 triliun.
“Industri petrokimia di Blok Masela akan memberi nilai tambah sebesar US$ 2 miliar dan mampu mengurangi impor hingga US$ 1,4 miliar dari substitusi komoditas turunan gas alam dan metanol,” ujarnya. Angka ini belum termasuk pendapatan perpajakan yang dapat mencapai sekitar US$ 250 juta.Menurut Airlangga, pemanfaatan ladang gas Masela untuk industri petrokimia, akan dapat menumbuhkan perekonomian di wilayah tersebut hingga 10 kali lipat. Adapun pendapatan asli daerah (PAD) diperkirakan bertambah sebesar US$ 31 juta. Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan selama 15 tahun terakhir ini hampir tidak ada investasi di sektor hulu petrokimia. Makanya pemerintah merasa perlu untuk memacu pembangunan kembali sektor strategis ini.
Dia juga penurunan harga gas yang dilakukan pemerintah bisa kembali menggairahkan industri petrokimia. “Harga gas yang bersaing nantinya dapat mendorong perusahaan yang saat ini berhenti produksi untuk beraktivitas lagi, serta mengembalikan kapasitas industri yang produksinya turun saat ini,” ujar Sigit.Harga gas yang kompetitif akan mendorong pengembangan wilayah dan menjadi instrumen pemerataan ekonomi. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo Indonesia harus bisa meningkatkan peringkat kemudahan berbisnis atau ease of doing business (EODB) dari 109 ke posisi 40 dari peringkat 109. Untuk mencapai target tersebut, salah satu yang harus dilakukan adalah menjamin ketersediaan pasokan listrik dan gas. “Kami akan mendukung alokasi gas dengan harga terjangkau yang akan ditentukan,” kata Airlangga. Terlebih lagi, industri petrokimia merupakan salah satu sektor yang akan mendapatkan penurunan harga gas sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi.
Pemerintah berencana membangun dua pusat industri petrokimia di wilayah timur Indonesia, yakni di Teluk Bintuni, Papua Barat dan Masela, Maluku. Langkah strategis ini untuk mendukung upaya pendalaman struktur industri nasional dan melaksanakan instruksi Presiden Joko Widodo mengenai pemerataan pembangunan di Indonesia.Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan akan terus mendorong percepatan pembangunan industri petrokimia. Dia pun mengapresiasi PT Pupuk Indonesia dan Ferrostaal, akan bekerjasama melakukan penelitian pengembangan pabrik petrokimia senilai US$ 1,5 miliar di Teluk Bintuni.
Pupuk Indonesia dan perusahaan asal Jerman akan membentuk usaha patungan. Rencanya kedua perusahaan ini akan membangun industri petrokimia dari hulu hingga hilir, yakni mengolah gas bumi menjadi metanol, etilena, polipropilena, dan polietilena.“Terdapat dua sumber gas potensial, yaitu di proyek Tangguh dan di blok eksplorasi Kasuri yang berada di selatan Tangguh sampai Kabupaten Fakfak,” kata Airlangga dalam keterangannya, Minggu (22/1). Selain itu, ditemukan cadangan baru sebesar 6-8 TSCF.Potensi gas yang tersedia dapat pula digunakan sebagai bahan baku industri amonia untuk mendukung industri urea dan bahan baku industri metanol untuk mendukung industri pusat olefin. Hilirisasi sektor petrokimia akan berdampak luas pada peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Blok Masela Diarahkan Jadi Pusat Industri Petrokimia | PT Bestprofit Futures Mayapada
“Sehingga, utilisasi ladang gas Masela untuk pengembangan industri petrokimia sangat strategis dalam pengembangan industri dan perekonomian di wilayah timur Indonesia,” tuturnya.Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, investasi di sektor hulu petrokimia hampir tidak ada selama lebih dari 15 tahun ini, sehingga perlu untuk memacu pembangunan kembali sektor strategis tersebut.“Murahnya harga gas untuk sektor ini merupakan kunci agar investor mau berinvestasi di industri hulu petrokimia,” jelasnya.
Sigit berharap, penurunan harga gas diikuti dengan upaya industri melakukan revitalisasi untuk peningkatan kapasitas. “Harga gas yang bersaing nantinya dapat mendorong perusahaan yang saat ini berhenti produksi untuk beraktivitas lagi serta mengembalikan kapasitas industri yang produksinya turun saat ini,” ujarnya.Sigit juga menegaskan, harga gas yang kompetitif bagi industri akan mendorong pengembangan wilayah dan menjadi instrumen pemerataan ekonomi.
Hal ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia atau ease of doing business menjadi di kisaran peringkat 40 dari peringkat 109 saat ini.Untuk mencapai target tersebut, lanjutnya, salah satu yang harus dilakukan adalah melalui penyediaan listrik dan gas. Proyek Blok Masela bakal dijadikan pusat industri petrokimia setelah rencana di Teluk Bintuni.Nantinya, akan dibangun pabrik methanol to olefin berbasis gas dengan total nilai investasi sebesar US$3,9 miliar. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan proyek ini diharapkan mampu menyerap sekitar 39.000 tenaga kerja langsung dan sebanyak 370.000 tenaga kerja tidak langsung.
“Di tingkat nasional, pengoperasian industri petrokimia di Blok Masela akan memberi nilai tambah sebesar US$2 miliar dan mampu mengurangi angka impor hingga US$1,4 miliar dari substitusi komoditas turunan gas alam dan metanol. Angka tersebut tidak termasuk pendapatan dari pajak yang dapat mencapai sekitar US$250 juta,” paparnya, Minggu (22/1/2017).Airlangga menambahkan, pengoperasian pabrik akan dapat menumbuhkan perekonomian di wilayah tersebut mencapai 10 kali lipat dengan penambahan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar US$31 juta.
Best profit