Berdasar laporan Bank Dunia pada Januari 2017, kredibilitas kebijakan fiskal Indonesia telah membaik seiring dengan penetapan sasaran penerimaan yang lebih realistis dalam APBN 2017. Namun, untuk meningkatkan pendapatan pajak, Indonesia masih perlu mempercepat reformasi administrasi dan kebijakan pajak. ''APBN 2017 telah memperbaiki mutu belanja pemerintah, termasuk menjaga alokasi belanja yang lebih besar untuk infraĆstruktur, kesehatan, dan bantuan sosial serta menetapkan sasaran yang lebih baik untuk subsidi energi dan program bantuan sosial masyarakat miskin,'' ungkapnya.
Menanggapi laporan Bank Dunia tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, sejumlah risiko yang dipaparkan itu bukanlah hal baru. Namun, dia mengakui, pemerintah Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi risiko-risiko global tersebut. ''Hidup memang rumit. Kita harus mempersiapkan diri. Saya mengerti dan menghargai pesan yang disampaikan dan akan ditindaklanjuti.'Meski perekonomian global belum sepenuhnya pulih, Bank Dunia justru optimistis Indonesia bisa meraih pertumbuhan ekonomi 5,3 persen tahun ini. Proyeksi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan target dalam APBN 2017 sebesar 5,1 persen. Meski begitu, Bank Dunia tetap meminta pemerintah Indonesia mewaspadai risiko ketidakpastian kebijakan ekonomi global pasca terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS).
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves mengungkapkan, ada beberapa risiko pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Di antaranya, ketidakpastian kebijakan dan gejolak keuangan yang berlanjut. Hal tersebut terkait dengan perjanjian perdagangan serta kebijakan normalisasi suku bunga di AS ''Selain itu, lesunya perdagangan global dan melemahnya pertumbuhan di negara-negara maju serta perlambatan ekonomi Tiongkok terus berlanjut,'' ungkap Chaves saat menyampaikan laporan triwulanan perekonomian Indonesia edisi Januari di auditorium CSIS, Jakarta, kemarin (17/1).
Dia melanjutkan, yang sebaiknya menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia adalah kebijakan yang akan dijalankan Donald Trump. Menurut Chaves, sosok presiden terpilih AS tersebut berbeda dengan para pendahulunya. Untuk risiko lain seperti perubahan ekonomi di Eropa maupun Tiongkok, kata Chaves, pemerintah Indonesia tidak perlu terlalu khawatir. Namun, dia menekankan, Indonesia tetap harus siap menghadapi kondisi tersebut. ''Tidak perlu cemas. Tapi, Indonesia harus meningkatkan sistem perekonomiannya sehingga mampu mengantisipasi kemungkinan yang terjadi yang tidak bisa diterima di tataran global,'' tambahnya.
Bank Dunia Puji Demokrasi di Indonesia | PT Bestprofit Futures Malang
"Jangka pendek terkait keamanan dan jangka panjangnya karena kemungkinan perubahan nilai yang tidak sesuai, misalnya, ultranasionalis dan pemahaman radikal agama yang belum tentu sesuai nilai bisnis yang mendukung pertumbuhan ekonomi," tutur Yose.Melalui laporannya, Bank Dunia menilai Indonesia harus mampu memanfaatkan 'buah' dari perbaikan kebijakan terkait investasi yang mampu meningkatkan peringkat kemudahan berbisnis (ease of doing business) menjadi peringkat 91 di 2017 dari sebelumnya peringkat 106 (2016).
"Indonesia sekarang perlu bergerak melebihi perbaikan yang bersifat 'quick win' dan mulai mengimplementasikan reformasi struktural jangka menengah untuk lebih meningkatkan iklim bisnisnya," tulis laporan tersebut.Bank Dunia memandang dinamika politik domestik Indonesia terkini tidak akan terlalu memengaruhi iklim investasi. Ini karena calon investor memiliki pandangan bahwa politik Indonesia kuat dan sistem demokrasinya berfungsi.Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves dalam peluncuran laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia (Indonesia Economic Quarterly) Bank Dunia edisi Januari 2017 di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, perkembangan politik terkini, menunjukkan demokrasi hidup dan berfungsi di Indonesia."Saya merasa para investor menyadari hal itu dan mereka akan memahami Indonesia sebagai republik yang kuat," kata Chavez.Sementara itu, Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri beberapa waktu lalu menyebutkan instabilitas politik pada tiga bulan terakhir 2016 mampu memberikan risiko ekonomi tersendiri, baik untuk jangka pendek dan jangka panjang.
Bank Dunia proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dibanding 2016 | PT Bestprofit Futures Malang
Bank Dunia juga memaparkan faktor yang berpotensi melemahkan pertumbuhan ekonomi dari sisi eksternal. Faktor tersebut adalah lemahnya pertumbuhan perdagangan global dan adanya ketidakpastian kebijakan ekonomi global.“Kalau dari internal, adanya risiko penerimaan negara lebih rendah daripada perkiraan,” tutur Hans.Sementara itu, kata Hans, program pengampunan pajak (tax amnesty) pemerintah yang kini sudah memasuki periode ketiga dapat menambah penerimaan 2016 sebesar Rp 103 triliun atau mencapai 62 persen dari target di akhir periode kedua. “Tapi penerimaan utama lain turun pada 2016.”
Dengan demikian, lanjut Hans, kredibilitas fiskal Indonesia harus ditingkatkan, salah satunya dengan merevisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang menyertakan proyeksi penerimaan 2017 yang lebih realistis.Selain itu, pemerintah masih bisa melakukan perbaikan mutu belanja, khususnya belanja modal yang nilainya turun 23 persen pada tahun lalu.
Kinerja Pemerintahan Jokowi JK diprediksi tahun 2017 ini bakal tambah kokoh. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia kurun waktu 2017 dapat mencapai 5,3 persen. Praktis, proyeksi ini meningkat dari tahun lalu sebesar 5,1 persen.“Di tengah pertumbuhan global yang sedang lesu, ekonomi Indonesia tetap kuat,” jelas Acting Lead Economist World Bank Jakarta, Hans Anand Beck dalam paparannya di peluncuran laporan triwulanan perekonomian Indonesia oleh Bank Dunia bersama Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta, Selasa (17/01/2017).
Hans optimistis, ekonomi Indonesia dapat mampu bertahan terhadap aneka gejolak finansial global. Walau begitu, Hans menyampaikan, ada sejumlah faktor yang dapat berpotensi meningkatkan atau melemahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2017 ini.Sejumlah faktor itu, lanjut Hans, terdiri atas faktor eksternal dan internal. “Tapi, lebih banyak faktor yang membawa risiko menurunkan pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia,” ujar Hans.Faktor pendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi dari eksternal adalah kembali naiknya harga-harga komoditas. Sedangkan faktor internal adalah reformasi iklim investasi yang berjalan cepat.
Bestprofit