Olimpiade Rio 2016 memang tidak bisa dipungkiri. Sejumlah olimpian Indonesia yang tampil membela kontingen masing-masing di PON XIX/2016 kembali memberikan bukti.Misalnya, dua cabang olahraga, angkat besi dan panahan yang digelar di kompleks GOR Sabilulungan Si Jalak Harupat, Bandung. Deni (Jawa Barat) yang tampil di kelas 69 kg memberikan bukti dengan raihan medali emas. Demikian pula dengan yang diperlihatkan Ika Yuliana Rochmawati dan Rau Ega Agatha dengan merebut emas nomor recurve perorangan putra dan putri.
Tak cukup sampai disitu, Ega-Ika juga memimpin tim Jatim untuk merebut emas nomor beregu recurve.
Sayangnya, di partai final mix recurve, Ega yang berpasangan dengan Diananda Choirunnisa gagal mengatasi perlawanan wakil Jogjakarta, Rahmat Sulistyawan-Titik Kusumawardhani.
Namun, pencapaian yang diperlihatkan Ega-Ika cukup menjadi representasi kalau olimpian Indonesia masih unggul ketimbang para pemanah Indonesia lainnya. Dalam kesempatan yang sama, Ika yang gagal total di Olimpiade mengaku PON kali ini menjadi ajang pembuktian bagi dirinya."Apalagi saya off di PON 2012, prestasi ini datang seiring kepercayaan daerah yang membutuhkan tenaga saya," urai Ika kepada Jawa Pos. di final recurve perorangan putri kemarin, Ika mengalahkan wakil Jakarta, Rina Dewi Puspitasari dengan skor telak 6-0.Pembuktian yang sama juga berlangsung di arena angkat besi. Deni, Triyatno dan I Ketut Ariana memperlihatkan kualitas kelas dunia di PON kali ini. Keinginan membawa level olimpiade di event PON cukup terealisasikan.
Deni meraih emas kelas 9 kg, dengan total angkatan 328 kg. Di tempat kedua, ada Triyatno (Kalimantan Timur) yang meraih medali emas di PON sebelumnya. Sedangkan Ketut Ariana menempati peringkat kedua kelas 77 kg dibawah Edi Kurniawan (Kaltim), adapun peraih perunggu adalah legenda angkat besi Indonesia, Sandow Waldemar Nasution (Jatim).
"Tentu ini menjadi pembuktian saya, bahwa apa yang saya jalankan di pelatnas berbuah hasil positiif," terang Deni. Tetapi perjuangan dia belum selesai. Deni akan menjadi tumpuan Indonesia di ajang SEA Games 2016 dan Asian Games 2017.Sementara itu, Sandow yang sudah menginjak usia 35 tahun masih optimistis bisa bersaing hingga PON 2020 Papua nanti. "Kalau masih ada kesempatan saya ingin tetap berlatih, saya gak mau junior saya kehilangan sosok idola," ujarnya penuh canda.
Penampilan Memukau Pemanah Riau Ega di PON | PT. Bestprofit Futures Jambi
Atlet panah asal Jawa Timur Riau Ega Agata mendapatkan kesempatan melepaskan delapan anak panah saat memperkuat daerahnya di nomor recurve beregu putra melawan Kalimatan Tengah pada ajang Pekan Olahraga Nasional XIX Jawa Barat, Rabu (21/9).Dari delapan anak panah yang menjadi kesempatan Riau Ega, lima di antaranya meraih poin tertinggi yakni 10 setelah mendarat mulus di titik kuning. Dua anak panah lainnya nyaris sempurna dengan nilai 9, dan hanya satu anak panah yang terbilang salah mendarat sehingga hanya meraih angka 7.
Semula penonton dikejutkan karena pemanah Olimpiade Rio de Jenairo Brazil 2016 ini meraih angka 7 untuk panah pertamanya, namun berikutnya justru penonton lebih dikejutkan lagi, bukan karena penampilan buruk, tapi karena Riau mampu menjaga konsistensi meraih poin di angka 9 dan 10."Saat itu saya ngetes untuk membaca arah angin, karena angin kencang sekali. Setelah itu saya sudah paham," kata Riau yang diwawancarai seusai pertandingan.
Saat pertandingan final berlangsung antara Jatim melawan Kalteng ini, sebagian besar penonton, mulai dari atlet, pelatih, penggemar, dan awak media menunggu aksi Riau yang tercatat sebagai peringkat 29 dunia.Rasa penasaran ini cukup beralasan karena Riau sempat menggemparkan kalangan pemanah dunia dengan mengalahkan pemanah nomor satu dunia asal Korea Selatan, Kim Woo-jin dengan skor 6-2 saat berlaga pada nomor individual putra di Olimpiade Rio 2016.
Salah seorang penonton, Wahyuni mengaku kagum dengan kemahiran Riau dalam memanah sehingga sejak siang betah di Lapangan Panahan Jalak Harupat untuk menyaksikan Riau Ega bertanding."Kelasnya sudah dunia, saya melihat beda jauh dengan pemain lain. Riau bisa tetap tenang meski dalam tekanan, di saat dibutuhkan, dia bisa menyelamatkan dengan menghasilan poin 10," kata Wahyuni, penggemar olahraga panahan.
Bisik-bisik memuji kehebatan Riau Ega juga sering terdengar di bangku penonton, dengan sesekali menyebutnya sebagai pemanah olimpiade. "Itu, itu, pemanah Indonesia yang tampil di Olimpiade yang mengalahkan juara dunia," kata salah seorang penonton berbicara dengan rekannya.
DIY Raih Emas Pertama Panahan | PT. Bestprofit Futures
Jambi
Provinsi DI Yogyakarta meraih medali emas pertama cabang olahraga panahan melalui pasangan Rahmat Sulistyawan dan Titik Kusumawardhani pada nomor recurve mix beregu.Tim panahan Yogyakarta ini mengalahkan pasangan Jawa Timur yang diperkuat salah seorang atlet Olimpiade Rio de Janeiro Riau Ega Agata dan Diananda Choirunisa dengan skor 5-3 pada pertandingan yang digelar di Lapangan Panahan Stadion Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Rabu (21/9)
.Pertarungan sengit disuguhkan kedua tim yang notabene berlabel atlet timnas.Yogyakarta mengusung semangat meraih emas karena dari empat nomor sebelumnya hanya kebagian dua perunggu yakni nomor recurve perorangan putra atas nama Rahmat Sulistyawan dan recurve beregu putri.
Sementara bagi pasangan Jatim, medali emas pada nomor mix ini sangat berarti untuk menyapu bersih nomor recurve. Mereka sebelumnya telah meraih emas nomor ricurve perorangan putra, recurve perorangan putri, recurve beregu putra, dan recurve beregu putri.Pada seri pertama, DIY berhasil unggul satu poin 36-35 setelah menyarangkan dua anak panah ke titik kuning yang menghasilkan poin 10, sementara dua panah lainnya bernilai 8.
Sementara itu, tim Jatim pada seri pertama ini hanya meraih angka sempurna pada panah pertama melalui Diananda. Dua panah lainnya bernilai 9 dan satu panah lagi melesat ke titik merah sehingga hanya mendapatkan poin 7. Hasil akhir seri pertama ini 2-0 untuk DIY.
Pertarungan pun berlanjut pada seri kedua meski dalam kondisi hujan lebat.Kali ini penampilan kedua tim sama baiknya dengan membukukan angka 34-34 sehingga skor masing-masing bertambah 1 menjadi 3-1.Kondisi imbang ini kembali terjadi pada seri ketiga, masing-masing tim mencetak nilai 10 dari satu anak panah, nilai 9 dari dua anak panah dan nilai 8 dari satu anak panah sehingga poin total yang dikumpulkan sama-sama berjumlah 36.
Skor pun hanya berubah menjadi 4-2.Seakan tidak dapat dipercaya, hasil imbang kembali terjadi di seri keempat.Penampilan gemilang Rian Ega sejak seri pertama justru ditutup dengan angka 8 pada panaterakhirnya di seri keempat ini.
Kondisi ini justru membangkitkan semangat pasangan Titik/Rahmat yang justru menutup seri kedua dengan dua anak panah bernilai 9.Berdasarkan hasil ini Jatim harus puas ditempat kedua sekaligus memupuskan ambisinya untuk menyapu bersih nomor ricurve.Sementara tempat ketiga menjadi milik Kalteng yang mengalahkan Jambi pada perebutan medali perunggu.