Hardiansyah mencontohkan di daerah Undaan Kudus | PT Bestprofit Futures Malang
Hardiansyah menjelaskan hanya saja banyak kotoran yang menempel, dan sulit dipisahkan. Menurut Hardiansyah kotoran yang sulit dipisahkan lantaran pascapanen dari sawah, para petani mencelupkan padi ke dalam air, sebelum dilakukan perontokan. Tindakan tersebut diyakini menyulitkan kotoran sulit terpisah.
Melihat kondisi gabah yang seperti itu, Hardiansyah menjelaskan bahwa pihak Bulog hanya berani membeli gabah kering panen (GKP) senilai maksimal Rp3.300 per kilogram. "Jadi, sebenarnya harga gabah tak anjlok, tapi karena memang kondisi gabah yang tak standar," tutur Hardiansyah.
Disampaikan, Hardiansyah bahwa Bulog berani membeli GKP dari petani sesuai harga yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 3.700 per kilogram, asal petani melakukan perbaikan pascapanen. Salah satunya, dengan menjemur terlebih dahulu gabah yang ada, serta membersihkan kotoran yang tercampur dengan gabah. "Kadar air maksimal 25 persen, serta kadar kotoran tak lebih dari 10 persen," katanya.
Tim satuan kerja (Satker) Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub-Divre Pati, menjelaskan bahwa kondisi lahan yang sebagian besar masih terendam banjir menjadikan kualitas hasil panen musim tanam (MT) I 2016-2017 tidak dapat maksimal.
Ketua Satker Nur Hardiansyah, menargetkan dapat menyerap 8 ton gabah kering panen dari petani. Kondisi gabah dengan kadar air sekitar 25 persen dan tidak banyak kotoran, Bulog berani beli dengan harga Rp 3.300. "Tetapi dengan kondisi kotor dan basah, meski kadar air sekitar 25 persen dibeli dengan harga Rp 3.000 per kilogram dalam bentuk kering panen," kata Hardiansyah, Selasa (21/2)
Hardiansyah mencontohkan di daerah Undaan Kudus, Tim Satker Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub-Divre Pati, mengambil sampel gabah, untuk melakukan uji kadar air. Dengan hasil, kadar air gabah hasil panen petani di Undaan Kudus, masih di ambang batas maksimal, sekitar 25 persen hingga 26 persen. ”Sebenarnya, kadar air masih dalam batasan yang ditolerir," jelasnya.
Bulog Sub Divre Pati kirim 9.000 ton | PT Bestprofit Futures Malang
Dengan mengirim beras ke luar Jawa maka serapan pengadaan tahun 2017 dari mitra kerja yang sudah ada akan bisa tertampung. Apalagi, dengan diberlakukannya pola tiga harga, para mitra kerja pasti akan berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi kontrak yang sudah ditandatangani.
Selain mengurangi isi gudang, untuk memenuhi kebutuhan beras di luar Jawa, Bulog Sub Divre Pati juga menyalurkan beras sejahtera (rastera) warga kurang mampu di Kabupaten Blora, rembang, Pati, Kudus dan Jepara.“Tapi Bulan Januari dan Februari baik Blora, rembang, Pati, Kudus dan Jepara belum ada yang mengajukan permohonan penyalurannya,’’ kata Ahmad Kholizun.
Bulog Sub Divre Pati telah mengirim beras untuk memenuhi kebutuhan pangan ke luar Jawa sebanyak 9.000 ton. Namun demikian belum semua pasokan telah tersalurkan.
Rincian pengirimannya, ke Medan, Sumatra Utara (Sumut) 5.000 ton, 3.000 ton ke Padang (Sumatra Barat), dan 1.000 ton ke Kalimantan Tengah (Kalteng). Alokasi pengiriman yang disebut terakhir, diambilkan dari Gudang Bulog di Blora, dan lainnya dari Gudang Bulog 201 di Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati dan Gudang Bulog 204, di Desa Sokokulon, Kecamatan Margorejo, Pati.
Kepala Bulog Sub-Divre Pati, Ahmad Kholizun, menjelaskan hasil pengadaan tahun 2016 masih belum semua tersalur, sehingga masih banyak yang menumpuk. Selain yang sudah dialokasikan sebanyak 9.000 ton, segera disusul permintaan berikutnya.
Harga Gabah Anjlok, Petani Blora Desak Bulog Turun Tangan | PT Bestprofit Futures Malang
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Blora, Hj Reni Miharti mengungkapkan puncak panen padi di areal 41.000 hektar berlangsung pada Februari-Maret ini. Karenanya padi melimpah di masyarakat.
Sementara itu, Kepala Bulog Subdivre Pati, A Kholisun menegaskan satker bersama mitra kerja penyerapan (MKP) segera melakukan penyerapan beras. “Kami akan gelar sosialisasi untuk persiapan penyerapan gabah/beras petani” tegasnya.
Para petani di Kabupaten Blora menjerit lantaran harga gabah anjlok. Harga gabah kering panen (GKP) hanya laku Rp 2.500 sampai Rp Rp 2.900 perkilogram. Mereka mendesak Bulog dan Pemkab setempat agar mencarikan solusi guna penyerapan gabah.
“Harga yang dipatok pemerintah, sebenarnya Rp 3.700 perkilogram. Maka Bulog bisa segera menyerap gabah/beras ke petani. Kalau kondisi ini terus dibiarkan, maka petani bisa bangkrut,” kata pengusaha beras Blora, Singgih Hartono, Selasa (21/2/2017) malam.